FOKUSMAKER

FOKUSMAKER

PAB 2008

PAB 2008

Minggu, 03 Mei 2009

Koalisi GOLKAR - DEMOKRAT is FAILED


Partai Golkar memutuskan membentuk koalisi baru, tidak berkoalisi dengan Demokrat.

Hubungan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla layaknya seperti orang meriang: panas-dingin. Hal ini dipicu pada masa kampanye pemilu legislatif lalu. Saat itu, karena desakan Dewan Pimpinan Daerah Golkar, Jusuf Kalla menyatakan akan maju sebagai calon presiden (capres). Padahal sebelumnya Kalla mengaku sudah nyaman sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Keruan saja hubungan kedua tokoh itu berubah panas. Apalagi dalam iklan Golkar pada masa kampanye, Kalla mengeluarkan slogan kepemimpinannya “lebih cepat, lebih baik.” Seolah-olah menyindir pemerintahan sebelumnya lebih lambat dalam mengambil keputusan.

Namun hal itu berubah setelah tanggal 9 April 2009. Pada malam hari setelah pencontrengan, hasil penghitungan suara cepat (quick count) menunjukkan Partai Demokrat memperoleh 20,5 persen. Sementara perolehan suara Golkar melorot tajam. Dari 21 persen perolehan suara pada Pemilu 2004, suara Golkar merosot tinggal 14-15 persen.

Dengan hasil itu, Partai Demokrat tak akan kesulitan mengusung kembali Yudhoyono sebagai capres. Sementara niat Golkar memajukan Kalla sebagai capres jadi terhalang. Paling tidak Golkar memerlukan 5 persen suara tambahan –sesuai syarat pengajuan capres– agar Kalla bisa melangkah maju secara mulus. Dan itu artinya Golkar harus membuka koalisi dengan partai lain. Itu pun, dengan hasil akhir yang masih sulit diduga.

Namun ketegangan hubungan itu sudah mulai mencair. Sehari setelah pencontrengan, Kalla menelepon Yudhoyono. Tujuannya untuk menyampaikan selamat atas kemenangan Demokrat. Telepon itu diakui oleh Yudhoyono.

Kontak kedua terjadi empat hari setelah pencontrengan. Dengan iring-iringan pengawal, pada 13 April 2009 malam, Kalla berkunjung ke Puri Cikeas Indah, tempat kediamanan pribadi Yudhoyono. Di sana, Kalla bertemu Yudhoyono empat mata selama 30 menit.

Yudhoyono mengakui pertemuan itu membicarakan arah koalisi. Tapi memang belum membicarakan capres dan cawapres secara lugas.

Namun, dua kontak terbuka tadi membuat hubungan Yudhoyono-Kalla yang semula memanas,mulai mendingin. Apalagi Golkar kini tak lagi ngotot mengajukan Kalla sebagai capres. Golkar juga mengaku lebih senang berkoalisi dengan Demokrat ketimbang partai lain.

Sinyal rujuknya Yudhoyono-Kalla itu membuat lawan-lawan politik mereka harus waspada. Sebab, menurut survei gabungan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), pasangan ini tak terbendung.

Bila Susilo Bambang Yudhoyono tetap dipasangkan dengan Jusuf Kalla, Pemilu Presiden 2009 hanya akan selesai dalam satu kali putaran. Bahkan, pasangan incumbent ini diprediksi meraih 51,1 persen suara sebagai syarat meraih kursi presiden.

Tapi semua hitung-hitungan itu terbang sudah. Hari ini Golkar memutuskan untuk menghentikan negosiasi dengan Demokrat. Sebabnya, negosiasi berhari-hari, “Tidak ada keputusan, “kata Burhanuddin Napitupulu.

Golkar mempersilahkan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla,membuka negosiasi koalisi dengan partai lain. Jika ingin berkoalisi dengan partai lain, memang tidak terlalu susah juga buat Golkar. Di luar urusan menang atau kalah nantinya. PDI Perjuangan juga tetap membuka pintu koalisi dengan Golkar. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Megawati dan Jusuf Kalla segera bertemu.

Minggu, 12 April 2009

PEMILU 2009

“Contreng (√) Pilihan yang sudah anda tentukan!!”
Tanggal 09 April 2009 tinggal beberapa hari lagi.. sebagai WNI yang baik kita diharuskan untuk berpartisipasi dalam aktivitas pemilihan umum (Pemilu)..
Sudah siapkah anda untuk memilih nanti? Sudah siapkah calon legislative yang akan anda pilih nanti?
Mmh….. memang pemilu tahun 2009 ini telah berhasil membingungkan masyarakat untuk memilih nanti. Sudah banyak peralihan profesi dari actor/aktris menjadi seorang politisi..
Entah apa mereka adalah politisi berbakat atau hanya politisi yang diambil oleh partai dengan modal ketenaran yang mereka punya?(alias politisi gadungan)
Jawaban untuk semua itu hanyalah pandangan masyarakat itu sendiri. Artis terjun ke dunia politik sebenarnya sudah terjadi dari zaman H. Roma Irama, Mubaligh ternama K.H. Zainudin MZ, dll.
Ada beberapa masyarakat yang pro dan kontra terhadap fenomena Artis dan Politik (kita sebut saja ARPOL). Masyarakat yang pro, mereka berpandangan bahwa dengan banyaknya artis yang terjun ke dunia politik, dengan kemampuan ekonominya yang memang sudah mapan, sehingga kemungkinan skandal KORUPSI di dunia politik bisa dengan perlahan berkurang. Karena memang mereka sudah lebih dahulu berkecukupan, sehingga kecendurangan bertindak korupsi tidak terlalu besar (tapi tidak menjamin juga sih…)
Sedangkan pandangan masyarakat yang kontra terhadap fenomena tersebut berpandangan bahwa, mereka (para artis) mungkin sudah tidak punya daya jual di dunia hiburannya, sehingga mereka memutuskan untuk bergelut di dunia politik.
Hmmm….
Fenomena ARPOL ini memang menjadi polemic yang hebat di kancah perpolitikan sekarang ini. Wajar saja apabila kemampuan mereka diragukan untuk duduk di Senayan, karena jika kita melihat dari latar belakang pendidikan mereka, banyak caleg artis yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan formal yang berbasis poleksosbud, bahkan mereka banyak yang tidak mempunyai latar belakang yang kuat di bidang organisasi. (so..pantaslah mereka diragukan kemampuannya)
Huh….nasib…nasib..!!beginilah jadi rakyat.. rakyat hanyalah terus – terusan dibebani dengan kebingungan untuk mendukung seseorang mendapatkan kursi di senayan atau di DPRD. Tapi, tidak sedikit para Dewan yang sudah mendapatkan kursinya lupa kepada masyarakat yang telah mendukungnya saat itu. (pantas lah sekarang masyarakat bisa dibilang TRAUMA untuk berpolitik)…
Nasib bangsa kita ada di para Caleg nanti.. tapi, nasib para caleg ada di tangan masyarakat. So, cermat-cermatlah untuk memilih..
Pilihlah CALEG yang mempunyai latar belakang pendidikan yang kuat, bepengalaman di Organisasi, mempunyai kepedulian yang tinggi kepada rakyatnya, Soleh/Solehah, yang pastinya tidak mempunyai cikal bakal menjadi seorang KORUPTOR!!!.


writen by : yopi yanuar